SEJARAH MASJID AGUNG DEMAK
07.23.01
Masjid
Agung Demak merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, didirikan Wali
Sembilan atau Wali Songo. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak,
berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan +
35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini merupakan cikal bakal
berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak.
Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.
Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro Sengkolo”, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.
Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro Sengkolo”, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Raden Fattah
bersama Wali Songo mendirikan Masjid Maha karya abadi yang karismatik
ini dengan memberi prasasti bergambar bulus. Ini merupakan Condro Sengkolo Memet, dengan arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka.
Gambar bulus
terdiri dari kepala yang berarti angka 1 ( satu ), kaki 4 berarti
angka 4 ( empat ), badan bulus berarti angka 0 ( nol ), ekor bulus
berarti angka 1 ( satu ). Bisa disimpulkan, Masjid Agung Demak berdiri
pada tahun 1401 Saka.
Soko Majapahit
, tiang ini berjumlah delapan buah terletak di serambi masjid. Benda
purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi ini diberikan
kepada Raden Fattah ketika menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi
Bintoro Demak 1475 M.
Pawestren, merupakan bangunan yang khusus dibuat untuk sholat
jama’ah wanita. Dibuat menggunakan konstruksi kayu jati, dengan bentuk
atap limasan berupa sirap ( genteng dari kayu ) kayu jati. Bangunan ini
ditopang 8 tiang
penyangga, di mana 4 diantaranya berhias ukiran motif Majapahit. Luas
lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m. Pawestren ini
dibuat pada zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat, tercermin dari bentuk dan motif ukiran Maksurah atau Kholwat yang menerakan tahun 1866 M.
Surya Majapahit
, merupakan gambar hiasan segi 8 yang sangat populer pada masa
Majapahit. Para ahli purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang
Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di Masjid Agung Demak dibuat pada
tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.
Maksurah , merupakan artefak bangunan berukir peninggalan masa
lampau yang memiliki nilai estetika unik dan indah. Karya seni ini
mendominasi keindahan ruang dalam masjid. Artefak Maksurah didalamnya
berukirkan tulisan arab yang intinya
memulyakan ke-Esa-an Tuhan Allah SWT. Prasasti di dalam Maksurah
menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di mana saat itu Adipati Demak
dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.
Pintu Bledheg,
pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan
Ki Ageng Selo pada zaman Wali. Peninggalan ini merupakan prasasti “Condro Sengkolo” yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Mihrab atau tempat pengimaman, didalamnya terdapat hiasan gambar bulus yang merupakan prasasti “Condro Sengkolo”. Prasasti ini memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna
tahun 1401 Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab
sebelah kanan terdapat mimbar untuk khotbah. Benda arkeolog ini
dikenal dengan sebutan Dampar Kencono warisan dari Majapahit.
Dampar Kencana , benda arkeologi ini merupakan peninggalan
Majapahit abad XV, sebagai hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I
dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi. Semenjak tahta
Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono 1521 – 1560 M, secara
universal wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah mengulang
kejayaan Patih Gajah Mada.
Soko Tatal / Soko Guru yang berjumlah 4 ini merupakan tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga. Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1630 cm. Formasi tata letak empat soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin.
Yang berada di barat laut didirikan Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga Demak. Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.
Situs Kolam Wudlu . Situs ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai tempat untuk berwudlu. Hingga sekarang situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun sudah tidak dipergunakan lagi.
Menara, bangunan sebagai tempat adzan ini didirikan dengan konstruksi baja. Pemilihan konstruksi baja sekaligus menjawab tuntutan modernisasi abad XX. Pembangunan menara diprakarsai para ulama, seperti KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak), R.Danoewijoto, H.Moh Taslim, H.Aboebakar, dan H.Moechsin .






